Alkisah, pada abad ke-18 di Paris,
Perancis, hiduplah seorang bernama Jean-Baptiste Grenouille. Ia adalah seorang
yang memiliki keanehan, dilahirkan tanpa memiliki aroma badan. Itulah sebabnya
ia tidak merasakan dirinya sebagai bagian dari masyarakat, karena walaupun
berada di tengah kerumunan, orang-orang tidak akan merasakan/menganggap
keberadaannya, walaupun bisa melihatnya secara visual. Terkadang, keadaan aneh
ini juga membuat orang-orang di sekitar Grenouille merasa ketakutan tanpa sebab
dan ingin segera menjauhinya.
Walaupun begitu, Grenouille sebenarnya memiliki karunia yang luar biasa pada indera penciumannya. Hidungnya sangat peka terhadap aroma. Ia bisa mencium aroma apapun, dari aroma bunga, aroma tanah, aroma kota, aroma gagang pintu, aroma angin di bulan tertentu hingga ke aroma-aroma yang mustahil bisa dicium oleh manusia normal. Ia juga bisa mencium keberadaan benda atau kedatangan seseorang walaupun benda/orang tersebut berada di jarak yang masih amat jauh dan belum bisa dilihat mata. Itulah sebabnya, Grenouille sangat mencintai indera penciumannya. Ia sangat senang mencari aroma-aroma baru untuk kemudian disimpan di database otaknya dan dikombinasikan secara imajiner untuk mendapatkan aroma yang ia inginkan.
Beranjak remaja, Grenouille mendapatkan pekerjaan di toko milik seorang ahli parfum terkenal bernama Giuseppe Baldini. Ia bisa mendapatkan pekerjaan ini setelah sebelumnya membuat Baldini terkesan dengan meniru membuat formula sebuah parfum terkenal dalam waktu sekejap saja. Hal ini wajar, sebab saat ini Grenouille sudah memiliki memori ratusan ribu aroma di kepalanya yang bisa ia kombinasikan sesuka hati. Di toko milik Baldini inilah, Grenouille belajar banyak hal tentang cara pembuatan parfum, peramuan aroma, juga cara mengekstrak aroma dari benda tertentu.
Suatu hari, Grenouille mencium aroma yang sangat indah. Menurutnya inilah aroma sejati dan aroma yang paling agung. Grenouille berpikir, bila aroma ini dijadikan parfum, maka akan menjadi parfum terbaik yang pernah dibuat, dan tentunya, akan memberikan efek hebat kepada lingkungan sekitar dari siapapun yang menggunakannya. Akhirnya, Grenouille berobsesi untuk bisa membuat parfum dari aroma tersebut. Tapi, untuk menggapai obsesinya tersebut, Grenouille harus melakukan pembunuhan terhadap 25 orang…
Mengapa Grenouille harus membunuh banyak orang untuk bisa membuat parfum tersebut? Aroma apa itu sebenarnya? Bagaimana caranya membunuh orang? Berhasilkah Grenouille membuat parfum obsesinya tersebut? Kemudian apa efek dari parfum tersebut bila berhasil dibuat?
Jawabannya tentu akan Anda temukan setelah membaca keseluruhan cerita novel ini.
Gaya Penceritaan
Patrick Süskind menulis novel ini dengan gaya penceritaan yang menarik. Ia selalu menjelaskan suatu hal secara mendetail. Hal ini membuat cerita benar-benar terasa seru, contohnya saat Grenouille memburu korban terakhirnya atau saat Grenouille membangun kerajaan imajinasinya. Gaya penceritaan seperti ini membuat pembaca serasa ingin terus membaca mengikuti alur cerita hingga selesai, tanpa sekalipun menutup bukunya.
Cerita pun tidak monoton. Tidak selalu berfokus pada obsesi Grenouille untuk mendapatkan aroma agung. Banyak bab yang menceritakan isi pikiran Grenouille, tentang pola pikirnya, juga tentang keinginan-keinginannya yang tidak biasa.
Tapi di sisi lain, ada juga bagian cerita yang menurut saya memang agak terlalu bertele-tele, seperti saat Grenouille mengekstrak aroma dari tumbuh-tumbuhan. Hal ini dijelaskan dengan terlalu terperinci. Karena buku ini bukanlah buku cara membuat parfum, menurut saya hal seperti ini tidaklah perlu dijelaskan dengan gaya penceritaan yang mendetail.
Walaupun begitu, alur demi alur akan terus diceritakan, hingga sampai di akhir cerita, pembaca akan menemui sesuatu yang mengejutkan dan tak terduga sebagai penutup. Well, a little bit crazy i think…
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !