Aceh seuramoe ma kah
Asai nanggroe bak rimba
tuhan ,huteun beuraleun, teuka indatu mesusah payah rimba legeu cah geu ilah
ilah daya (asal mula negri di rimba Tuhan, hutan rimba tiba indatu bersusah
payah men. Kurang lebih begtulah lirik lagu yang dilantunkan
oleh seorang penyanyi karismatik Aceh dalam lagunya. Fajar mulai menyinsing
berbagai aktifitas mulai dimulai, kemacetan jalan mulai terlihat, suatu hal
yang sudah lazim terjadi dipagi hari, Aceh itulah tempatnya dimana berbagai
kegiatan terjadi. Ada hal menarik jika kita diskusi mengenai Aceh, mulai dari
Syariat islam, sistem perpolitikan ala tunanetra yang meminta-minta di jalan,
bendera dan lambang yang tak kunjung terselesaikan sampai sekarang dan berbagai
fenomena memalukan lainnya. Aceh dulu pernah dilanda konflik yang berkepanjangan
sehingga melahirkan banyaknya anak yatim di Aceh karna hana seb weuk (gak cukup bagi) dengan pemerintah pusat, tsunami
juga pernah melanda sehingga membuat aceh porak-poranda pada saat itu, sekarang
aceh sudah bangkit dari semua itu.
Udep sare mate sajan
sikrek khafan saboh keureunda, itulah kalimat yang
sudah tak asing lagi kita dengar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh.
Benar sekali dengan kalimat itu tapi itu semua dulu tidak untuk sekarang, dulu
kita berjanji untuk seia sekata dalam mewujudkan Aceh madani dengan nilai-nilai
keislaman yang sangat luar biasa, namun apa yang terjadi sepertinya itu hanya
tinggal kata dan harapan, entah apa yang mempengaruhi kita semua sehingga kita
lupa dengan apa yang dulu nya kita cita-citakan, mungkinkah karna uang? Atau
kah karna tahta? Atau mungkin karna wanita? Jawaban ada dalam diri pribadi kita
semua. Dari hal yang sangat menarik yang kita sebutkan tadi selain perpolitikan
yang ala tunanetra yang tak bisa melihat sehingga menghalalkan segala cara
untuk dapat apa yang diinginkan adalah syari ’ap eh salah syariat maksud saya.
Maklum kalimat dengan kejadian dilapangan berbeda. wajar jika ada orang lain
selain saya yang menyebutkan salah, dulu kita bangga dengan keistimewaan yang
kita miliki, rasanya kebanggaan itu mulai memudar, dulu kita bangga ada sultan
yang sangat luar biasa yang telah memimpin aceh sehingga menbuat Aceh dikenal
diseluruh dunia, dan apakah kita harus larut dalam nostalgia masa dulu dengan
membanggakan bahwa kita keturunan pahlawan yang gagah dan perkasa? Dulu kita
menyalahkan karna bukan kita yang memimpin tahta sehingga terjadi konflik yang
mengakibatkan banyaknya lahir anak-annak yatin di Aceh. Sekarang siapa yang
memegang tahta? Jawa kah ? tidak ! semua itu kita. Dulu ketika Abu bakar
sahabat rasul ingin di jadikan khalifah beliau menolak, beliau takut jadi
khalifa, tapi sekarang dunia sudah berubah dan perubahan itu tak sedikit bahkan
perubahan yang sangat luar biasa sehinggan membalikan semua kejadian masa dulu
dengan masa sekarang. Sekarang orang-orang meminta dirinya untuk dipilih jadi
pemimpin. Mereka berjanji begini berjanji begitu hanya untuk membuat dirinya
dipilih jadi pemimpin bahkan tak tertutup kemungkinan mengkambing hitamkan
orang lain asalkan ia jadi pemimpin. Ada yang berjanji “meunyoe lon jeut keu bupati irigasi lon peugoet, ate lon woe di haji
lon khanduri keu mesyarakat beuraya-rayya”(kalau saya nanti jadi bupati
saya janji akan membuat irigasi, ketikan nanti saya pulang jadi haji akan ku
buat khanduri yang besar buat masyarakat) bahkan tak jarang ada juga yang
berjanji membagi-bagikan uang buat masyarakan 1 juta/KK semua itu mengingatkan
kita tentang cerita kaoi ureung ka rab
lham peurahoe (nazar orang yang hampir karam perahunya) ditengah laut kapal
nya hampir tenggelam mereka bernazar kalau nanti selamat dari musibah ini akan
menyembelih kerbau untuk khanduri, semakin dekat semakin kecil nazarnya mulai
dari kerbau, sapi, kambing, biri-biri, ayam, hingga sampai kedaratan gak jadi
nazarnya. Intinya hampir semua orang mereka berjanji begini begitu untuk
membuat ia terpilih jadi pemimpin atau apapun itu. Sejak kecil saya selalu
bangga dengan kata-kata” Aceh serambi makah”, rasanya sekarang itu semua mulai
menjadi kenangan juga, Aceh sekarang bukan lagi aceh yang dulu, kalau dulu kita
mengatakan aceh serambi makah sekarang sudah gak ada lagi nilai yang mencerminkan
itu semua, “syariat islam ditegakkan tempat maksiat disediakan” jika kita
bertanya siapa yang salah tanyalah pada diri sendiri.
Aceh
memang aneh bin ajaib, suatu yang tak terjadi diluar aceh tetapi terjadi
diAceh, sangat luar biasa, aceh sempat dibuat galau dengan kematian salah satu
anak yang masih kecil bernama Diana, sehingga membuat seluruh halayak ikut
berduka atas kejadian itu, tapi yang ingin kita bahas bukan tentang siapa yang
membunuh anak malang tersebut, melainkan kenapa itu terjadi diaceh yang kita
banggakan ini, mungkinkah karna gak ada hukum atau aturan tentang semua itu,
sangat disayangkan hal-hal seperti itu, padaha aceh ada Qanun No 11 Tahun 2008 Tentang
Perlindungan Anak, yang mengatur tentang semua itu. Menjaga, menjamin hak-hak
anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang. mungkin jika ada yang
mengatakan”aceh seuramoe makah bak ma kah jameun nyan”. Duduk dan berhrap
tentang aaceh kembali jaya separti masa kesultanan rasanya sudah bagi mimpi
yang gak pernah jadi nyata, mengapa bisa jadi begitu, itu semua karana melihat
kondisi aceh yang sekarang yang dikuasai mereka yang berkuasa. Hari ini tepat
tanggal 3-7-2013 aceh kemmbali berulah,kali ini perusakan sebuah tempat ibadah
orang budha di jalan pannglima polem banda
aceh, semuala semua mengagab itu perbuatann orang putoh kawat seraya
mengutib bahasa dalam prohaba, munngkinkah itu semua benar putoh kawat atau peupputoh-putoh droe untuk tidak
dipidana,
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !