aceh seuramoe ma kah

Minggu, 28 Juli 2013



Aceh seuramoe ma kah

Asai nanggroe bak rimba tuhan ,huteun beuraleun, teuka indatu mesusah payah rimba legeu cah geu ilah ilah daya (asal mula negri di rimba Tuhan, hutan rimba tiba indatu bersusah payah men. Kurang lebih begtulah lirik lagu yang dilantunkan oleh seorang penyanyi karismatik Aceh dalam lagunya. Fajar mulai menyinsing berbagai aktifitas mulai dimulai, kemacetan jalan mulai terlihat, suatu hal yang sudah lazim terjadi dipagi hari, Aceh itulah tempatnya dimana berbagai kegiatan terjadi. Ada hal menarik jika kita diskusi mengenai Aceh, mulai dari Syariat islam, sistem perpolitikan ala tunanetra yang meminta-minta di jalan, bendera dan lambang yang tak kunjung terselesaikan sampai sekarang dan berbagai fenomena memalukan lainnya. Aceh dulu pernah dilanda konflik yang berkepanjangan sehingga melahirkan banyaknya anak yatim di Aceh karna hana seb weuk (gak cukup bagi) dengan pemerintah pusat, tsunami juga pernah melanda sehingga membuat aceh porak-poranda pada saat itu, sekarang aceh sudah bangkit dari semua itu.
Udep sare mate sajan sikrek khafan saboh keureunda, itulah kalimat yang sudah tak asing lagi kita dengar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh. Benar sekali dengan kalimat itu tapi itu semua dulu tidak untuk sekarang, dulu kita berjanji untuk seia sekata dalam mewujudkan Aceh madani dengan nilai-nilai keislaman yang sangat luar biasa, namun apa yang terjadi sepertinya itu hanya tinggal kata dan harapan, entah apa yang mempengaruhi kita semua sehingga kita lupa dengan apa yang dulu nya kita cita-citakan, mungkinkah karna uang? Atau kah karna tahta? Atau mungkin karna wanita? Jawaban ada dalam diri pribadi kita semua. Dari hal yang sangat menarik yang kita sebutkan tadi selain perpolitikan yang ala tunanetra yang tak bisa melihat sehingga menghalalkan segala cara untuk dapat apa yang diinginkan adalah syari ’ap eh salah syariat maksud saya. Maklum kalimat dengan kejadian dilapangan berbeda. wajar jika ada orang lain selain saya yang menyebutkan salah, dulu kita bangga dengan keistimewaan yang kita miliki, rasanya kebanggaan itu mulai memudar, dulu kita bangga ada sultan yang sangat luar biasa yang telah memimpin aceh sehingga menbuat Aceh dikenal diseluruh dunia, dan apakah kita harus larut dalam nostalgia masa dulu dengan membanggakan bahwa kita keturunan pahlawan yang gagah dan perkasa? Dulu kita menyalahkan karna bukan kita yang memimpin tahta sehingga terjadi konflik yang mengakibatkan banyaknya lahir anak-annak yatin di Aceh. Sekarang siapa yang memegang tahta? Jawa kah ? tidak ! semua itu kita. Dulu ketika Abu bakar sahabat rasul ingin di jadikan khalifah beliau menolak, beliau takut jadi khalifa, tapi sekarang dunia sudah berubah dan perubahan itu tak sedikit bahkan perubahan yang sangat luar biasa sehinggan membalikan semua kejadian masa dulu dengan masa sekarang. Sekarang orang-orang meminta dirinya untuk dipilih jadi pemimpin. Mereka berjanji begini berjanji begitu hanya untuk membuat dirinya dipilih jadi pemimpin bahkan tak tertutup kemungkinan mengkambing hitamkan orang lain asalkan ia jadi pemimpin. Ada yang berjanji “meunyoe lon jeut keu bupati irigasi lon peugoet, ate lon woe di haji lon khanduri keu mesyarakat beuraya-rayya”(kalau saya nanti jadi bupati saya janji akan membuat irigasi, ketikan nanti saya pulang jadi haji akan ku buat khanduri yang besar buat masyarakat) bahkan tak jarang ada juga yang berjanji membagi-bagikan uang buat masyarakan 1 juta/KK semua itu mengingatkan kita tentang cerita kaoi ureung ka rab lham peurahoe (nazar orang yang hampir karam perahunya) ditengah laut kapal nya hampir tenggelam mereka bernazar kalau nanti selamat dari musibah ini akan menyembelih kerbau untuk khanduri, semakin dekat semakin kecil nazarnya mulai dari kerbau, sapi, kambing, biri-biri, ayam, hingga sampai kedaratan gak jadi nazarnya. Intinya hampir semua orang mereka berjanji begini begitu untuk membuat ia terpilih jadi pemimpin atau apapun itu. Sejak kecil saya selalu bangga dengan kata-kata” Aceh serambi makah”, rasanya sekarang itu semua mulai menjadi kenangan juga, Aceh sekarang bukan lagi aceh yang dulu, kalau dulu kita mengatakan aceh serambi makah sekarang sudah gak ada lagi nilai yang mencerminkan itu semua, “syariat islam ditegakkan tempat maksiat disediakan” jika kita bertanya siapa yang salah tanyalah pada diri sendiri.

Aceh memang aneh bin ajaib, suatu yang tak terjadi diluar aceh tetapi terjadi diAceh, sangat luar biasa, aceh sempat dibuat galau dengan kematian salah satu anak yang masih kecil bernama Diana, sehingga membuat seluruh halayak ikut berduka atas kejadian itu, tapi yang ingin kita bahas bukan tentang siapa yang membunuh anak malang tersebut, melainkan kenapa itu terjadi diaceh yang kita banggakan ini, mungkinkah karna gak ada hukum atau aturan tentang semua itu, sangat disayangkan hal-hal seperti itu, padaha aceh ada Qanun No 11 Tahun 2008 Tentang Perlindungan Anak, yang mengatur tentang semua itu. Menjaga, menjamin hak-hak anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang. mungkin jika ada yang mengatakan”aceh seuramoe makah bak ma kah jameun nyan”. Duduk dan berhrap tentang aaceh kembali jaya separti masa kesultanan rasanya sudah bagi mimpi yang gak pernah jadi nyata, mengapa bisa jadi begitu, itu semua karana melihat kondisi aceh yang sekarang yang dikuasai mereka yang berkuasa. Hari ini tepat tanggal 3-7-2013 aceh kemmbali berulah,kali ini perusakan sebuah tempat ibadah orang budha di jalan pannglima polem banda  aceh, semuala semua mengagab itu perbuatann orang putoh kawat seraya mengutib bahasa dalam prohaba, munngkinkah itu semua benar putoh kawat  atau peupputoh-putoh droe untuk tidak dipidana,
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. The PoliTikKus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger